Kenapa Meta bisa jadi perusahaan terburuk dari seluruh S&P 500? Yang sahamnya turun sampe 70% tahun ini. Ini perusahaan ancur banget. Tapi tau ga apa yang lebih hancur? Kalo kalian ga subscribe— Di episode ini bakal dibagi ke 5 bagian, yang kalian bisa liat di chapters. Tapi sebelumnya kita harus ngerti Meta. Kenapa rasanya kayak perusahaan yang dominate social media—Instagram, Facebook— itu sehari-hari kita pake loh dan ada lebih dari 4M pengguna dari seluruh dunia, cuma ditahun ini dia lay off 11.000 karyawan. Itu 8% dari workforce-nya. Perusahaan yang sebelumnya nilainya $1 triliun, sekarang kurang dari sepertiganya. Ditambah keuntungannya itu turun 50% quarterly. Kesannya kayak ini perusahaan bisa jatuh ke ambang kebangkrutan. Semuanya keliatan jelek. Tapi sebelum kita mulai kan kita harus tau dulu, Meta itu apa? Dan cara tau perusahaannya kita liat siapa yang ada di kepalanya, yaitu Mark Zuckerberg. Makanya di capter 1 ini, The Dictator. Bukan film yang ini ya— Tapi Mark Zuckerberg itu punya yang namanya super voting right. Kalo kalian ga tau, Meta tuh punya yang namanya dual structure stock. Jadi ada saham tipe A sama tipe B. Saham tipe B ini punya 10x lipat hak voting atau hak untuk memutuskan suatu decision. Dan Mark Zuckerberg punya 90% dari seluruh saham tipe B ini.
Jadi kalian bayangin ya, seandainya seluruh perusahaan Meta— direkturnya, komisarisnya, pemegang saham biasa— kalo misalnya semuanya vote, 'Mark Zuckerberg lu ga boleh jadi CEO, lu gw pecat'. Ga bisa, karena Mark Zuckerberg punya ultimate rights. Kalo kalian nonton film The Social Network, ada 1 tokoh yang bikin ini terjadi, yaitu Sean Parker. Dia tuh ex-Silicon Valley successful founder yang udah berhasil di startup-nya. Pas dia join Facebook, dia bantu Mark Zuckerberg bikin struktur perusahaannya tuh kayak gini. Tapi gak fair ya kita bilang cuma Facebook doang. Karena perusahaan kayak Google sama Snap itu punya struktur yang mirip-mirip.
Yang kita perlu tau, dampaknya apa? Di awal-awal Mark Zuckerberg memang jenius. Dia bisa bikin Facebook, dimana yang lain tuh gak kepikiran. Dia bisa inovasi produknya berkali-kali sampe dia punya miliaran pengguna di seluruh dunia. Dan itu sebenernya yang bikin semua orang percaya sama Facebook waktu itu. Chapter 2, yaitu Sukses dan Inovasinya. Satu hal yang bikin Facebook sangat amat terkenal waktu itu, karena dia fokus di inovasi. Harusnya kalian yang nonton ini kalo ngalamin Facebook di zaman-zaman 2016— itu pas rame di Indo—itu tuh keren banget. Dan hampir semua social media yang lain tuh kalah sama Facebook dan semuanya pindah ke sana. Pas Meta akuisisi atau beli Instagram, itu menurut gw keputusan yang paling hebat. Pas dia beli WhatsApp, itu lebih gila lagi. Dia bisa bet beli semua social media yang sampe sekarang dipake sehari-hari. Cuma tujuannya apa? Ini yang bikin Meta waktu itu super jenius. Karena di sekitar 2016, Sheryl Sanberg atau COO-nya masuk ke Meta, dan apa yang dia lakuin? Dia tuh jenius juga. Somehow dia bisa ubah smeua data dari social media ini—Instagram, WhatsApp, Facebook— untuk ngelakuin satu hal yang inovasinya gila banget.
Advertising. Dan gak pernah sepanjang masa ada platform yang bisa advertising sehebat mereka. Bayangin kalo misalnya kalian lagi scrolling di Instagram atau apa, kalian dapet ads sesuai dengan apa yang kalian mau. Dan itu ga pernah bisa dilakuin. Dan disaat itu, Meta tuh dapet banyak banget uang dari advertiser. Karena mereka happy sama platform-nya. Tapi di sisi lain, ini namanya merampok. Merampok pengguna atas data-datanya, dan jujur banyak yang ga happy. Jadi sebenernya kesuksesan Facebook waktu itu datang dari kalian. Data-data kalian yang dikasih makan ke perusahaan-perusahaan untuk mereka make money. Cerita di chapter 2 ini penting sebelum kita bisa cerita tentang kegagalannya mereka. Yang menurut gw salah satunya adalah keputusan yang agak egois, sombong, dan ngerasa udah di atas angin. Kita masuk ke chapter 3. Salah Fokus, Kompetitor, dan Musuh Terbesar. Pada dasarnya Meta tuh punya 3 musuh gede. Apple, TikTok, dan pemerintah Amerika Kita bahas yang paling jarang orang bahas ya, yaitu The US Government. Mereka sering digugat dengan yang namanya monopoli. Kesannya kayak perusahaan tuh ga boleh punya kekuatan sebesar itu, dan mereka sering diancam ga boleh akuisisi-akuisisi perusahaan lagi, dan Meta itu harus dipecah jadi beberapa perusahaan kecil.
Ini bikin gerakan mereka untuk monopoli— untuk dapetin the next WhatsApp, the next Instagram itu jadi lebih susah. Tapi ya itu mungkin secara garis besar bikin Mark susah gerak. Cuma yang bener-bener jadi musuh, yang bisa tusuk mereka dari belakang itu ada 2 company. TikTok dan Apple. Inget ga di chapter 2 kita bilang bahwa yang jenius dari mereka adalah gimana cara dia dapet data customer untuk advertiser bisa tepat sasaran? Dan Tim __(?)—Apple—bilang, "No". "Gw akan lindungin data-data customer gw biar lu—Meta—ga bisa dapet datanya". Fiturnya tuh kira-kira kayak gini di iPhone kalian, pasti kalian sering liat sekarang. Dan ini bikin pendapatan advertising mereka significantly drop. Gara-gara Apple, beberapa tempat lain juga implementasi privacy data yang mirip-mirip.
Tapi menurut gw ini gak separah dengan kompetitor yang satu lagi, TikTok. Karena di sebuah company, kalo misalnya kita kalah compete dengan customer kita, kita kalah inovasi produk, kita udah mati. Dan TikTok itu kayak platform yang tiba-tiba nyuri sekian banyak user dari Meta untuk pindah ke platform mereka. Watch time TikTok—kalian nih ya, berapa jam di TikTok—itu ngambil dari mana? Dari Instagram, dari Facebook. Mereka udah ditusuk dari dua belah pihak. Satu dari user-nya, satu dari advertiser-nya. Karena ga dapet data, advertiser ga bisa advertise. Cuma video ini ga lengkap kalo kita ga ngebahas satu aspek yang jadi final nail in the coffin. Satu decision terburuk yang membuat mereka hancur kayak sekarang. The Metaverse. Yang gw akan summary di chapter 4. Dua bisnis yang gak boleh digabung. Inget kan, Mark Zuckerberg tuh punya absolute voting right? Satu, Metaverse itu bakal terjadi. Dan gw percaya, suatu hari kita sebagai masyarakat itu bakal tinggal di dunia virtual jauh lebih banyak daripada di dunia fisik.
Itu gw percaya. Tapi pertanyaannya, kapan? Kita simpen dulu ya. Thesis 2 adalah, consumer behaviour atau perilaku kalian pas pandemi itu bakal bertahan selamanya. Inget ga, di pandemi semuanya online? Suka belanja online, suka nonton, suka semua lah. Social media all time high—dia kira itu bakal bertahan selamanya. Dan ternyata apa? Salah. Data-datanya kembali lagi ke waktu sebelum pandemi. Itu salah satu alasan dia harus lay off 19.000 orang. Dan dia minta maaf di video itu. Tapi ini yang gw ga ngerti. Pada dasarnya Meta tuh investasi lebih dari $10 miliar setiap tahunnya untuk Metaverse mereka. Atau namanya Reality Labs. Dia sampe ambil karyawan dari Microsoft dan gaji 2x lipat untuk masuk ke divisi itu. Ini masa-masa Sheryl Sanberg udah ga ada di Facebook atau Meta. Jadi kebanyakan decision-nya itu harus dari Mark Zuckerberg sendiri. Dan disaat dia fokus ke Metaverse, satu bisnisnya lagi tuh ditinggalkan. Emang kita ngeliat Facebook dan Instagram inovasi? Instagram adanya cuma ngopi fitur TikTok jadi reels. Facebook—ya gw ga terlalu pake Facebook, tapi kata orang ya fiturnya gitu-gitu aja.
WhatsApp, baru ada WhatsApp Community. Tapi ga ada yang bener-bener inovatif yang bikin kita mau stay di platform lebih lama. Ini harga yang harus dibayar kalo kita terlalu betting ke masa depan yang belum terlalu keliatan. Metaverse will happen. Pertanyaannya, kapan? Kalo misalnya terjadi 10 tahun lagi, kenapa dia invest segitu banyak resource sekarang? Dua bisnis yang berbeda. Meta seharusnya dipecah ke 2 bisnis. Bisnis 1 core business mereka, yaitu social media and advertising. Itu yang mereka jago, itu yang harus mereka pikirin. Mereka harusnya setap hari mikirin mati-matian gimana cara kalahin TikTok, gimana cara kalahin social media lain. Gimana cara solve masalah privacy issue sama Apple ini? Baru bisnis kedua yang bener-bener pure buat inovasi. Buat betting yang mungkin terjadi, mungkin gak terjadi—yaitu Metaverse. Dan gak bisa dikepalain sama 1 dictator. Menurut gw 2 bisnis ini harus ada yang full time masing-masing. Karena keliatannya Mark itu kalo udah fokus satu hal, yaudah fokus satu hal terus.
Kalo bener, grow. Kalo salah, bisa ancur kayak sekarang. So, pada dasarnya in balik lagi ke kita. Chapter 5, Apakah Ini Perusahaan Sampah atau Kesempatan Emas? Yang gak bakal kalian lihat seumur hidup kalian, yaitu beli suatu perusahaan di harga yang sangat amat diskon. Semua tampilan tadi yang kalian liat, chart dan saham Meta yang tadi kalian liat itu pake aplikasi Nanovest by the way.
Ini apps yang bisa jual-beli saham US sama crypto, lebih dari 2000 di sana. Nomor satu, aman dan ter-license dari BAPPEBTI. Dua, free total sama biaya transaksi dan kalian bisa mulai invest dari goceng, 5.000 perak. Simpel banget, cuma butuh 3 step kalian mulai. Top up, pilih, beli. Intinya gw mulai pake Nanovest sesimpel karena UI-nya keren. Oke, back to topic. Untuk kita bisa decide apakah ini kesempatan emas atau sampah, satu hal yang selalu konsisten—semua investor saham bilang kaya gini, "Saham adalah forward looking machine". Kita ga bisa liat harga murah sekarang, kita harus bisa tebak masa depan.
Kita harus bisa pelajarin perusahaannya, kita harus pelajarin CEO-nya. Apakah yang mau mereka lakuin dalam beberapa tahun kedepan bakal bisa recover perusahaannya dan grow lebih cepet lagi? Nah itu pertanyaan yang harus kalian lakuin dengan analisa. Kalo untuk kebanyakan investor, sebenernya ada banyak konsensus bilang Meta itu sekarang "bye". Sesimpel karena 2 hal. Satu, Meta sebagai perusahaan udah terlalu diskon gila-gilaan. Dua, seluruh tech industry itu diprediksi udah terlalu dalem dan bakal rebound duluan dibanding sektor lain di 2023. Kenapa? Soalnya Jerome Powell, atau The Fed, udah announce bahwa mereka bakal kurangin agresifnya dalam naikin suku bunga. Jadi kalo suku bunga ga terlalu naik, high risk asset kayak saham, crypto itu bisa lebih aman daripada biasanya.
Dan di Nanovest ada dua-duanya, crypto sama saham US. Ada 2000 pilihan lebih, aman. Dan mereka lagi ada hadiah christmas sampe 25M. Kalo kalian ngajak temen, satu orang bisa dapet 55.000. Ada trading competition yang prize pull-nya sampe 30 juta. Dan staking NBT—prize pull-nya sampe 100 juta. Tapi hal ini harus kalian analisa sendiri. Ini bukan financial decision, karena keputusan untuk investasi kayak ke perusahaan Meta itu harus kalian pelajari sendiri. Mungkin di bagian yang lebih penting adalah, investor tuh punya semacam kepercayaan pribadi terhadap sebuah perusahaan. Misalnya gw punya temen yang ngeliat saham Tesla— yang sekarang udah minus by the way—tapi karena dia liat Elon Musk punya kegilaan soal inovasi dan mimpi yang besar, dia percaya sama masa depan Tesla karena kepemimpinan Elon Musk. Dan ini yang ga bisa disalurkan ke orang lain. Kalo kalian liat Meta sekarang amburadul dan kalian tipe yang, 'Mark Zuckerberg pernah sukses dulu, dia bakal ulangin itu', dan kalian pelajari dan dia bisa naik beberapa tahun kedepan, now might be the best time to buy. Mungkin sekarang saat yang tepat untuk beli. Tapi kalo kalian masih ga percaya dengan perusahaannya dan liat dari semua strategi-strateginya dia bakal masih bodoh dan Metaverse ga bakal kejadian, jangan investasi.
So, setiap kita ngebedah perusahaan global kayak gini dan kita ambil pelajarannya, kita harus balik lagi, liat ke diri kita sendiri. Percaya ga kita? Sama halnya bisnis. Kalo kita ngelakuin sesuatu tapi kita ga percaya, percaya deh itu ga bakal gede. Dan jujur, Meta ini salah satu case perusahaan yang lumayan unik. Karena youtuber lain udah bahas FTX, jadi kali ini gw bahas yang public aja, yang kira-kira kalian pake sehari-hari. Dan video ini terinspirasi sama satu video yang ada di luar. Gw harus credit di sini. Tapi kalo kalian ngerasa ada yang salah atau kalian ada komen tentang Meta, atau beropini lah di bawah, menurut kalian Meta dengan aplikasinya—Facebook, WhatsApp, Instagram—bakal bertahan atau bakal hancur? Kalo kalian suka, like subscribe. Kalo ga suka boleh dislike. Feel free untuk comment. I'll see you guys on the next video..